Sabtu, 25 Mei 2013

Badai Di Indonesia

Badai Tropis (disebut juga dengan Typhoon atau Tropical Cyclone) adalah pusaran angin kencang dengan diameter Sampai dengan 200 km dan berkecepatan > 200 km/jam serta mempunyai lintasan sejauh 1000 km. Dengan kecepatan angin sedemikian, sebuah badai tropis yang melintasi daratan dapat mengakibatkan kerusakan yang sangat hebat. Tidak hanya pohon-pohon yang tercerabut dari akarnya, bangunan-bangunan permanen tersapu, mobil besar, kereta api, dan benda-benda besar atau berat lainnya terangkat dan beterbangan,  serta menimbulkan ribuan korban jiwa.

Pemberitaan mengenai badai, siklon tropis, dan putting beliung di media massa beberapa bulan terakhir seakan menambah kecemasan baru bagi masyarakat kita yang sudah kenyang diguncang bencana. Apalagi dengan banyaknya informasi simpang siur dan isu-isu yang berkembang seakan-akan terus memupuk kondisi resah dan was-was itu sampai-sampai menimbulkan ketakutan yang berlebihan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Analisa parameter-parameter cuaca khususnya yang berkaitan dengan badai (mulai dari sifatnya, geraknya, pertumbuhannya, hingga kerusakan yang mungkin ditimbulkannya) memerlukan pemahaman mendalam mengenai ilmu cuaca. Dan memahami ilmu cuaca tidak hanya bersifat liner tapi bersifat multfungsi dan pemahaman secara kesuluruhan sirkulasi udara serta sebab dan akibatnya.

SEKILAS BADAI TROPIS
Meskipun badai itu sendiri sebenarnya sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, kata “Badai” di telinga masyarakat Indonesia seolah-olah merupakan fenomena yang baru, aneh dan seolah-olah sama dengan badai yang terjadi di Amerika, Australia, Jepang, china dan Filipina.
Badai Tropis (disebut juga dengan Typhoon atau Hurricane atau Tropical Cyclone) merupakan pusaran angin kencang dengan diameter sampai dengan 200 km/jam, berkecepatan > 200 km serta mempunyai lintasan sejauh 1000 km. Setiap tahunnya badai tumbuh di atas perairan luas di setiap samudera yang ada di permukaan bumi. Ia bisa tumbuh ketika suhu muka laut berada di atas 27 oC dan bisa dideteksi kemungkinan tumbuhnya sejak tiga hari sebelumnya. Karena bertambahnya faktor kekasaran permukaan dan kehilangan sumber kelembabannya, badai akan melemah ketika masuk ke daratan.

INDONESIA BUKAN DAERAH LINTASAN BADAI
Setiap badai bergerak dengan lintasan mereka masing-masing. Meskipun demikian, pada umumnya badai yang terbentuk di sebelah Utara ekuator bergerak ke arah Barat atau Barat Laut, dan badai yang terbentuk di sebelah Selatan ekuator bergerak ke arah Barat atau Barat Daya. Ini berkaitan banyak faktor termasuk di antaranya arah rotasi bumi dan gaya corioli yang ditimbulkannya.
Badai tropis bergerak berbanding lurus dengan besar gaya coriolis bumi. Di sini berlaku fungsi matematik Sinus Ф dengan Ф adalah besar lintang. Karena Indonesia berada di wilayah ekuator dengan sudut lintang rendah, maka harga Sinus yang didapat mendekati nol. Hal tersebut menyebabkan badai tropis apapun tidak mungkin melintasi wilayah Indonesia. Bisa dilihat dari data klimatologi bahwa wilayah tumbuh badai tropis adalah di atas 10o LS pada bulan Desember sampai April dan diatas 10o LU pada bulan September sampai November.
Pada saat musim kemarau, Badai Tropis tumbuh di sekitar perairan sebelah Utara Papua Nugini dan bergerak ke arah Filipina dan Korea/ Jepang. Badai jenis ini termasuk di antaranya Badai Tropis Cimaron (6 Oktober – 6 November 2006), Badai Tropis Durian (26 November – 6 Desember 2006) maupun Badai Tropis Utor (6 – 14 Desember 2006).  Biasanya daerah yang terpengaruh adalah sekitar Sulawesi Utara dan Papua Nugini.
Pada saat musim  hu jan, badai tropis tumbuh di sekitar perairan Laut Timor atau Teluk Carpentaria dan bergerak ke arah Barat atau Barat Daya. Badai jenis ini termasuk di antaranya Badai Tropis Nelson (6 – 7 Februari 2007), Badai Tropis George (3 – 9 Maret 2007) maupun Badai Jacob (7 – 12 Maret 2007). Badai ini mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa, Bali dan Sumatera Selatan.
Dari kenyataan itu dapat ditegaskan sekali lagi bahwa Badai tidak selamanya membentuk cuaca buruk di Indonesia, sehingga diperlukan dalam menganalisa dibuutuhkan prakirawan cuaca yang berpengalaman dan qualified, memahami seluk beluk sirkulasi udara, tidak hanya sekedar melihat satelit awan kemudian menyimpulkan adanya bibit badai akan mengancam Indonesia.


KLIMATOLOGI BADAI


Sub Bidang Informasi Meteorologi Publik BMG telah mengumpulkan data badai tropis yang pernah terjadi selama 41 tahun dari tahun 1965 – 2005. Data yang terkumpul khususnya untuk wilayah 0°-50° LS dan 90°-150° BT. Area ini mencakup wilayah Indonesia bagian selatan ekuator, Samudra Hindia bagian Timur, benua Australia, Papua Nugini dan Sebagian Samudera Pasifik Barat.
KESIMPULAN

  1. Badai Tropis harus dilihat dari kecepatan angin kemudian baru tekanan bukan dari citra satelit awan
  2. Dampak tidak langsung dari Badai Tropis ditentukan sirkulasi udara yang sedang terjadi
  3. Cuaca Buruk : hujan lebat, angin kencang dan gelombang tinggi terjadi pada saat sebelum Badai Tropis tumbuh
  4. Badai Tropis tidak melintasi Indonesia, dampak tidak langsungnya tergantung arah gerakan dari badai itu sendiri
  5. Rata-rata jumlah Badai Tropis pada bulan Maret sebanyak  3 kali, sedangakan bulan April antara 1 atau 2 kali
REKOMENDASI :
  1. Tidak memberikan informasi Badai jika tidak dilengkapi dengan data yang akurat
  2. Agar berkordinasi dengan Sub Bidang Informasi Meteorologi Publik
  3. Dalam menganalisa Puting beliung sebaiknya tidak perlu dikaitkan dengan Badai Tropis karena mempunyai skala ruang dan waktu yang sangat berbeda
DAFTAR PUSTAKA
  1. Achmad Zakir. Drs, Hujan lebat, Angin Kencang dan Badai, 2005
  2. Achmad Zakir. Drs, Badai Angin , 2006
  3. Achmad Zakir. Drs, Bagaimana mengetahui adanya Angin Kencang/Putting Beliung, 2006
  4. WMO, TD 1129, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...