Jumat, 10 Mei 2013

Erupsi Gunung Api

Letusan/Erupsi Gunung Merapi


Proses terjadinya letusan gunung api berawal dari magma yang mengalami tekanan dan menjadi
lebih renggang dibanding lapisan di bawah kerak sehingga secara bertahap magma bergerak naik,
seringkali mencapai celah atau retakan yang terdapat pada kerak. Banyak gas dihasilkan dan pada
akhirnya tekanan yang terbentuk sedemikan besar sehingga menyebabkan suatu letusan ke
permukaan (gempa). Pada tahapan ini, gunung api menyemburkan bermacam gas, debu, dan
pecahan batuan. Lava yang mengalir dari suatu celah di daerah yang datar akan membentuk plateau
lava. Lava yang menumpuk di sekitar mulut (lubang) membentuk gunung dengan bentuk kerucut
seperti umumnya. Kategori bahaya letusan gunung api terdiri atas bahaya primer dan bahaya
sekunder. Bahaya Primer adalah bahaya yang langsung menimpa penduduk ketika letusan
berlangsung, misalnya, awan panas, udara panas (surger) sebagai akibat samping awan panas, dan
lontaran material berukuran blok hingga kerikil; sedangkan bahaya sekunder terjadi secara tidak
langsung dan umumnya berlangsung pada purna letusan, misalnya lahar, kerusakan lahan
pertanian/perkebunan, atau kerusakan rumah/permukiman penduduk, dll.
Wilayah DIY yang dekat dengan Gunung Merapi menjadi faktor kerentanan wilayah penyebab
bencana yang diklasifikasikan menjadi bencana ikutan. Karena dampak gempa letusan gunung
tersebut bisa dirasakan dan menimbulkan korban di DIY. Gunung Merapi yang masuk dalam wilayah
Kabupaten Sleman merupakan gunung api aktif, bahkan teraktif di dunia, karena periodisitas
letusannya relatif pendek, yaitu 3—7 tahun. Kegiatan Gunung Merapi menunjukkan terjadinya
guguran kubah lava yang terjadi setiap hari. Jumlah serta letusannya bertambah sesuai tingkat
kegiatannya. Volume guguran kubah lava biasa oleh orang setempat disebut “wedhus gembel” atau
awan panas (glowing cloud/nueeardente). Geofisik Gunung Merapi memiliki tipe khas stratolandesit
dan punya bentuk lereng yang konkaf. Merapi juga merupakan pertemuan persilangan dua buah
sesar transversal yang membentengi wilayah tengah Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, dan sesar longitudinal yang melewati Pulau Jawa.



terdapat 3 (tiga) zona wilayah kerawanan bencana letusan Gunung Merapi:
(1) Kawasan Rawan Bencana III – kawasan ini dapat terkena langsung aktivitas letusan Merapi,
sering terkena awan panas, lava pijar, guguran batu pijar, gas racun, dan lontaran batu pijar
Page 6 of 50
sampai radius 2 (dua) kilometer. Wilayah-wilayah DIY yang terkena dampaknya adalah
Kecamatan Pakem, Kecamatan Cangkringan, dan Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman;
(2) Kawasan Rawan Bencana II – kawasan ini akan berpotensi terkena awan panas, lontaran batu
pijar, gas racun, dan guguran lava pijar. Walaupun tidak terkena secara langsung dan sering, di
zona ini warga harus berhati-hati karena banyak aktivitas mereka di lereng Merapi yang
sewaktu-waktu bisa mengancam jiwa akibat aktivitas Merapi; dan
(3) Kawasan Rawan Bencana I – kawasan ini dapat terkena ancaman banjir lahar dan juga
perluasan dari awan panas tergantung oleh faktor volume guguran dan arah angin pada saat
itu. Wilayah yang kemungkinan terlanda adalah Kecamatan-Kecamatan Ngemplak, Ngaglik,
Tempel, Kalasan, Depok, Seyegan, dan sebagian utara Kota Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...