Pengertian dan Macam-macam Erosi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Erosi
Setelah permukaan batuan terlapuk dan
jika ada aliran tenaga yang kuat akan membawa material hasil pelapukan ini.
Proses ini disebut erosi. Erosi didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang
atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yag terangkut dari
suatu tempat ketempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air , angin
dan/atau es.
Erosi juga dapat didefenisikan sebagai
peristiwa
pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya)
akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah
pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup misal hewan yang membuat liang,
dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan
akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan
proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali,
namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk,
penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan
yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang
digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi
yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih
fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar
tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman
pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktek tata guna lahan yang maju
dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktek konservasi ladang
dan penanaman pohon.
a.
Jenis-Jenis
Erosi
Berdasarkan
tenaga pengikis, erosi dibedakan menjadi empat, antara lain :
1. Ablasi (Pengikisan oleh air)
Umum terjadi di wilayah iklim tropik (yang curah hujan sangat tinggi).
Bentuk-bentuk Ablasi antara lain :
a. Erosi
Percik (splash erosion)
Erosi
ini berupa percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh tetes
hujan pada tanah dalam keadaan basah. Tanda-tanda nyata adanya erosi percik
pada musim hujan dapat dilihat pada permukaan daun yang terdapat pada partikel
tanah, adanya batuan kerikil diatas lapisan tanah. Jadi, jenis erosi ini
dapat diamati pada waktu musim hujan.
b. Erosi Lembar (sheet erosion)
Erosi ini memecah partikel tanah pada lapisan tanah yang hampir seragam,
sehingga erosi ini menghasilkan kenampakan yang seragam. Intensitas dan lamanya
hujan melebihi kapasitas infiltrasi. Oleh karena itu, laju erosi permukaan
dipengaruhi oleh kecepatan dan turbulensi aliran.
c. Erosi Alur (rill erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman yang kurang dari
30 cm dan lebar kurang dari 50 cm. Sering terjadi pada tanah-tanah yang baru
saja diolah.
d. Erosi Parit (gully erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman lebih dari 30 cm
dan lebar lebih dari 50 cm.
e. Erosi Mudik (headward erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah parit diperpanjang ke hulu.
f. Erosi Vertikal (erosi internal atau
subsurface erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah bertambah dalam.
g. Erosi Lateral
Erosi ini mengikis di tepi sungai, melebarkan lembah dan menyebabkan
meandering.
2. Deflasi atau Korasi
Proses pengikisan batuan atau tanah yang dilakukan oleh
angin disebut Deflasi atau Korasi. Erosi oleh tenaga angin banyak terjadi di
daerah gurun atau kering. Bentuk-bentuk lahan yang dapat diamati akibat erosi
angin antara lain batu jamur. Contohnya adalah dapat membentuk Mushroom Rock.
Berdasarkan teori, adanya gurun pasir karena proses pelapukan mekanis. Proses
ini dimulai ketika suhu siang hari yang terik memanasi batuan gurun sampai
diatas 80 derajat celcius sehingga batuan itu memuai. Selama beribu-ribu tahun,
angin gurun mengeruk batuan yang hancur dan mengangkut butiran- butiran pasir
halus. Lama-lama pasir itu menumpuk menjadi bukit pasir yang halus.
3. Eksarasi (glasiasi)
Erosi oleh gletser dan sering disebut erosi glasial, yaitu
erosi yang terjadi akibat pengikisan massa es yang bergerak menuruni lereng dan
dapat terjadi di pegunungan tinggi yang tertutup salju, misalnya di Pegunungan
Alpen, Pegunungan Himalaya, dan Pegunungan Rocky. Ciri khas bentuk lahannya
adalah adanya alur-alur lembah yang arahnya relatif sejajar. Erosi ini yang
berlangsung lama dapat membuat lembah-lembah yang dalam dengan bentuk seperti
huruf U. Endapan erosi oleh gletser disebut dengan MORAINE.
4. Abrasi
Erosi berdampak juga pada perubahan muka Bumi. Abrasi (erosi
di pantai) yaitu erosi oleh air laut atau ombak yang dibantu dengan adanya
batu-batu kerikil dibawa pecahan ombak akan mengikis daerah sekitar pantai dan
kekuatan pengikisan sebanding dengan besarnya gelombang. Kejadian seperti ini
pernah terjadi di Jayapura, abrasi di sepanjang pantai di Pulau Biak mencapai
75 m dari garis pantai. Sejumlah karang dan pulau rusak bahkan tenggelam akibat
pengikisan. Pulau-pulau yang tenggelam tersebut sebelumnya merupakan objek
wisata yang sangat indah di pulau Biak. Jadi, proses abrasi dan erosi oleh
tenaga gelombang atau air laut yaitu:
·
Abrasi
menghasilakan cekungan yang panjang pada garis pantai.
·
Kemudian,
cekungan tererosi lebih lanjut menjadi gua.
·
Erosi
lebih lanjut oleh gelombang menyebabkan runtuhnya atap gua ke laut dan
terbentuklah cliff (dinding terjal).
·
Erosi yang
terus-menerus, menyebabkan cliff runtuh. Pada periode waktu yang panjang,
proses ini berlangsung terus-menerus menyebabkan terbentuknya platform di kaki
cliff.
Beberapa
bentuk lahan akibat erosi oleh tenaga gelombang antara lain, sebagai berikut :
1.
Cliff,
yaitu pantai yang berdinding curam sampai tegak.
2.
Relung,yaitu
cekungan-cekungan yang terdapat pada dinding cliff.
3.
Dataran
abrasi, yaitu hamparan wilayah yang datar akibat abrasi dan dapat terlihat
dengan jelas pada saat pasang surut.
5. Erosi karena Gravitasi
Erosi karena gravitasi terjadi dalam bentuk gerakan tanah atau tanah
longsor, yaitu gerakan massa tanah dan atau batuan menuruni lereng karena gaya
gravitasi bumi. Gerakan tanah dapat terjadi dalam bentuk, antara lain: rayapan
tanah, tanah longsor, atau jatuhan.
6. Erosi oleh Organisme
Erosi ini terjadi karena aktifitas organisme yang melakukan
pemboran, penggerusan atau penghancuran terhadap batuan. Erosi ini disebut juga
bioerosion.
Ada 2 macam erosi, yaitu:
1. Normal/ Geological erosion, yaitu:
Erosi yang berlangsung secara alamiah, terjadi secara normal
dilapangan melalui tahap- tahap:
a.
Pemecahan agregat- agregat tanah kedalam partikel- partikel tanah yaitu
butiran- butiran tanah yang kecil.
b.
Pemindahan partikel- partikel tanah dengan penghanyutan ataupun karena kekuatan
angin.
c.
Pengendapan partikel- partikel tanah yang terpindahkan atau terangkut tadi
ditempat- tempat yang lebih rendah atau didasar- dasar sungai.
Erosi secara alamiah dapat dikatakan tidak menimbulkan
musibah yang hebat bagi kehidupan manusia atau keseimbangan lingkungan dan
kemungkinan kerugianpun hanya kecil saja, ini dikarenakan banyaknya partikel-
partikel tanah yang dipindahkan atau terangkut seimbang dengan banyaknya tanah
yang terbentuk ditempat- tempat yang lebih rendah itu.
2. Accelerated erosion, yaitu:
Dimana proses- proses terjadinya erosi tersebut yang
dipercepat akibat tindakan- tindakan dan atau perbuatan- perbuatan itu sendiri
yang bersifat negatif ataupun telah melakukan kesalahan dalam pengelolaan tanah
dalam pelaksanaan pertanian. Jadi dalam hal ini manusia membantu mempercepat
terjadinya erosi tersebut. Jenis erosi ini banyak sekali menimbulkan petaka,
karena memang lingkungannya telah mengalami kerusakan- kerusakan, menimbulkan
kerugian besar seperti banjir, kekeringan ataupun turunnya produktifitas tanah.
B. Proses Terjadinya Erosi
Erosi air timbul apabila aksi dispersi dan tenaga
pengangkut oleh air hujan yang mengalir ada di permukaan dan atau di dalam
tanah. Jadi erosi dapat terjadi minimal dengan satu tahapan yakni dispersi oleh
butir hujan dan/atau oleh air limpasan. Adapun tahapan erosi meliputi :
1. Benturan
butir-butir hujan dengan tanah.
2. Percikan tanah
oleh butir hujan ke semua arah.
3. Penghancuran
bongkah tanah oleh butiran hujan.
4. Pemadatan
tanah.
5. Penggenangan
air di permukaan.
6. Pelimpasan air
karena adanya penggenangan dan kemiringan lahan.
7. Pengangkutan
partikel terpecik dan/atau massa tanah yang terdispersi oleh air limpasan.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Erosi
Banyaknya erosi tergantung berbagai
faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan / presipitasi,
rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi
badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan
permeabilitasnya, kemiringan lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi
lahan,makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan oleh manusia.
Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi
yang sama, area dengan curah hujan tinggi, frekuensi hujan tinggi, lebih sering
kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. sedimen yang tinggi
kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan yang curam,
lebih mudah tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah.
porositas dan permeabilitas sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi,
berkaitan dengan mudah tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak
di bawah tanah, limpasan permukaan yang terbentuk lebih sedikit, sehingga
mengurangi erosi permukaan. Sedimen yang mengandung banyak lempung cenderung
lebih mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam atmosfir
terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan
Faktor yang paling sering berubah-ubah
adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan yang tak terjamah, minerla
tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik. kedua lapisan ini
melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta
serasah di dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya,
hanya hujan-hujan yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan
mengakibatkan limpasan di permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan
dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan, derajat peresapan air menjadi tinggi
dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat menyebabkan peningkatan
erosi secara menonjol jika diikuti dengan hujan lebat. dalam hal kegiatan
konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan
atau dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.
Pada dasarnya erosi dipengaruhi oleh tiga faktor utama,
ketiga kelompok tersebut meliputi :
1. Energi : hujan,
air limpasan, angin, kemiringan dan panjang lereng.
2. Ketahanan :
erodibilitas tanah (ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah).
3. Proteksi :
penutupan tanah baik oleh vegetasi atau lainnya serta ada atau tidaknya
tindakan konservasi.
Jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan
derajat erosi, karena, selain menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara
signifikan mengubah pola drainase, apalagi jika sebuah embankment dibuat untuk
menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan dan hydrologically invisible
( dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru pola drainase
alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan pertambahan erosi.
Erosi tidak lepas dari aliran
permukaan. Dengan adanya aliran air di atas permukaan tanah, tanah dapat
terkikis dan selanjutnya diangkut ke tempat yang lebih rendah. Dengan demikian
terjadilah perpindahan lapisan tanah; mineral-mineral dan bahan organik yang terdapat
pada permukaan tanah. Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau
bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh media alami ketempat
lain.