I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sungai
merupakan salah satu sumber air tawar yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Antara sungai, ekosistem lentik, ekosistem lotik, dan
ekosistem lahan basah saling berhubungan. Di permukaan bumi ini habitat
air tawar relatif sangat kecil dibandingkan dengan habitat lautan dan
daratan, tetapi arti pentingnya dalam kehidupan manusia sangatlah besar.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a. Merupakan sumber yang mudah didapat dan murah untuk keperluan rumah tangga dan industri.
b. Komponen air tawar merupakan leher botol (bottle neck) dalam siklus hidrologi.
c. Ekosistem air tawar bersama-sama dengan estuari merupakan sistem yang paling mudah dan termurah untuk pembuangan limbah tertier.
Sungai
memiliki sifat yang unik diantaranya adalah sifat termal, yaitu dapat
mengurangi perubahan suhu sehingga perubahan suhu dalam air terjadi
sangat lambat daripada di udara. Sifat lain adalah oada kontinum sungai
terjadi perubahan secara longitudinal dalam metabolisme komunitas,
keragaman biotik dan ukuran partikel dari badan sungai ke muara sungai.
Sungai
merupakan salah satu sumber air tawar yang penting dalam kehidupan.
Manfaat sungai antara lain adalah sebagai tempat budidaya ikan, tempat
rekreasi, untuk pengairan dan lain-lain. Sungai juga memiliki peranan
penting bagi binatang dan tumbuhan yang terdapat di dalam perairan
tersebut. Eksploitasi terhadap biota perairan yang terdapat di dalam
sungai secara berlebihan dapat mengganggu kesimbangan ekosostem sungai.
Kualitas dari sungai itu sendiri sangat ditentukan oleh faktor-faktor
pembatasnya seperti suhu, pH, alkalinitas, CO2 , DO, kecepatan arus, densitas plankton, dan diversitas plankton.
Pembangunan
yang semakin pesat ternyata juga memberikan dampak negatif terhadap
kelestarian sungai. Seperti penebangan hutan secara liar menyebabkan air
hujan yang turun tidak diserap dengan sempurna oleh tanah, sehingga
seringkali mengikis permukaan tanah dan mengalir bersama aliran sungai
yang akhirnya aliran sungai bermuara di danau dan dapat menimbulkan
pengendapan lumpur dan pendangkalan danau. Jadi antara air sungai dan
danau merupakan dua ekosistem air tawar yang sangat erat kaitannya.
Limbah dari industri yang dibuang ke sungai, mengakibatkan sungai
menjadi tercemar oleh bahan-bahan tercemar yang menyebabkan pertumbuhan
gulma air yang sangat cepat yang dapat mengganggu biota perairan, karena
biota air akan semakin sulit mendapatkan oksigen.
Praktikum
Ekologi Perairan ini dilaksanakan di Sungai Kali Kuning, untuk
mengamati parameter fisik, kimia, dan biologi yang dimiliki oleh Sungai
Kali Kuning. Hasil dari pengamatan akan sangat bermanfaat untuk
mengetahui kualitas perairan di Sungai Kali Kuning.
B. Tujuan
1. Mempelajari karakteristik ekosistem sungai dan faktir-faktor pembatasnya.
2. Menpalajari cara-cara pengambilan data tolok ukur (parameter) fisik, kimia, dan biologik suatu perairan.
3. Menpelajari
korelasi antara beberapa tolok ukur lingkungan dengan populasi biota
pe5rairan, khususnya plankton dan atau makrobentos.
4. Mempelajari kualitas perairan sungai berdasarkan indeks diversitas plankton.
- Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum ekologi perairan acara I (ekosistem sungai) dilaksanakan pada :
1. Praktikum lapangan
Hari : Senin
Tanggal : 14 Maret 2005
Waktu : pukul 13.30 – 17.00
Tempat : sungai Kali Kuning
2. Praktikum laboratorium
Hari : Selasa
Tanggal : 15 Maret 2005
Waktu : pukul 07.30 – 08.30 dan pukul 14.00-16.30
Tempat : Laboratorium Ekologi Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian
II. TINJAUAN PUSTAKA
Karakter
utama sungai ditentukan oleh faktor pembatas yaitu kecaparan arus.
Kecepatan arus tersebut dipengaruhi oleh lebar sungai, kedalaman sungai,
dan kemiringan sungai. Kecepatan arus dikatakan sebagai faktor pembatas
karena mempengaruhi kandungan yang ada di sungai. Seperti kuantitas
lumpur yang mengendap, tanah liat, pasir, dan bahan organik yang
terkandung dalam sungai. Kandungan tersebut mempengaruhin jumlah
komunitas biotik yang ada di sungai (Rein and Wood 1976).
Adanya
karakter yang menentukan kulitas sungai didukung pula dengan kandungan
kimia dalam sungai tersebut. Kandungan kimia sungai ditentukan oleh
faktor:
a. Letak geografi sungai
b. Musim
c. Proses biologis yang terjadi dalam sungai
Kandungan sungai sangat bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain (Bowen 1979).
Menurut
Sastrodinata (1980) daerah aliran sungai dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu hulu sungai, hilir sungai, dan muara sungai. Livingstone (1963)
memiliki pendapat yang berbeda tentang pembagian wilayah sungai.
Livingstone (1963) membagi sungai di dunia bberdasarkan komposisi kimia
yang terkandung dalam sungai maka terdapat dua bagian, yaitu:
a. Air sadah atau sungai karbonat dengan kandungan bahan anorganik dapat terlarut sebesar 100 ppm atau lebih.
b. Air lunak atau sungai cloride dengan kandungan bahan padat kurang dari 25 ppm.
Sifat
kimia sungai-sungai yang mengandung karbon sangat tergantung pada
pelapukan batuan induk, sebaliknya sungai-sungai yang mengadung cloride
dipengaruhi oleh curah hujan.
Parameter
untuk mengetahui kualitas air antara lain parameter fisik, kimia, dan
biologi. Parameter fisik meliputi suhu udara, suhu air, kecepatan arus,
dan debit air. Parameter kimia meliputi kandungan oksigen yang terlarut
(DO), karbondioksida bebas, alkalinitas, dan pH. Parameter biologi
meliputi kepadatan plankton, dan indeks diversitas plankton.
Plankton
adalah suatu organisme yang berukuran kecil yang hidupnya
terombang-ambing oleh arus air. Plankton terdiri dari zooplankton dan
phytoplankton. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan perenang
aktif yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa
lapisan perairan, tetapi kekuatan berenangmya adalah sangat kecil jika
dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus. Meskipundemikian plankton
merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas
air.
Populasi
zooplankton di perairan sungai disebabkan oleh sejumlah faktor-faktor
lingkungan. Perubahan populasi plankton menurut Greenberg (1968)
mengatakan perubahan populasi plankton tampak sebagai fungsi waktu dari
tahun ke tahun dan pergerakan arus bawah perairan. Reinhard (1931) dan
Eddy (1934) mendukung pendapat Greenberg dan mereka menambahkan bahwa
produktivitas zooplankton di sungai berjalan dengan proposional terhadap
umur dari perairan tersebut dan berbanding terbalik dengan
kecepatannya.
Populasi
fitoplankton dipengaruhi oleh cahaya dan temparatur. Perkembangan
fitoplankton juga berpengaruh terhadap zooplankton. Vegetasi perairan
juga merupakan faktor pendukung kehidupan zooplankton dan fitoplankton.
Densitas
dan diversitas plankton yang merupakan parameter biologi dalam
penentuan kualitas air saling mempengaruhi dengan parameter fisika dan
kimia.
III. METODOLOGI
A. Alat Dan Bahan
1. Alat
- Kertas pH atau Parameter
- Larutan MnSO4
- Larutan reagen oksigen
- Larutan H2SO4 pekat
- Larutan 1/80 N Na2S2O3
- Larutan KOH-KI
- Larutan 1/50 N H2SO4
- Larutan 1/50 N HCL
- Larutan indikator amilum
- Larutan indikator phenolphohtalein (pp)
- Larutan indikator Methyl Orange (MO)
- Larutan indikator Bromcresol Green/Methyl Red (BCG/MR)
- Larutan formalin
2. Bahan
- Bola tenis meja
- Stop-watch atau arloji
- Roll-meter
- Meteran kain atau penggaris
- Termometer
- Botol oksigen
- Erlenmeyer
- Gelas ukur
- Pipet ukur atau buret
- Pipet tetes
- Mikroburet
- Ember platik
- Jaring plankton
- Petersen grab atau suber
- Kertas label
- Pensil
B. Cara Kerja
1. Memagi sungai menjadi tiga stasiun pengamatan, yaitu : sebelum masuk kota, dalam kota, dan setelah kota.
2. Mengambil cuplikan plankton pada masing-masing stasiun dengan cara sebagai berikut :
a) Mengambil
sampel (cuplikan) air dengan volume tertentu (misalnya 20 liter) dan
memampatkan kedalam botol atau flakon yang sudah diketahui volumenya
denganmenggunakan jaringan plankton nomor 25 (berukuran 200 mesh).
b) Memfksasi
cuplikan plankton yang sudah berada didalam botol atau flakton dengan
cara diberi ± 1 ml larutan 4% formalin ( formaldehida).
c) Menutup rapat-rapat botol flakon / tabunmg reaksi dengan tutup karet dan plastik serta diikat dengan karet gelang.
d) Menberi label atau catatan singkt tentang lokasi dan waktu pengambilan cuplikan pada masing-masing botol atau flakon.
e) Mengemas dengan sebaik-baiknya botol guna keamanan cuplikan selama dalam perjalanan.
f) Mengamati
dan menghitung plankton di bawah mikroskop dengan menggunakan Sedgwick
Rafter Counting Cell (SR) bervolume sekitar 1 ml dengan menggunakan
teknik perhitungan total (total strip counting).
Menyatakan densitas plankton dalam satuan individu perliter yang diperoleh dengan menggtunakan rumus :
Volume botol atau flaton
D = a × —————————— : Volume sampel air individu/ l
Volume SR
D = densitas plankton
A = cacah individu plankton dalam SR
Menghitung indeks devirsitas plankton dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener :
ni ni
H = -∑ — 2log —
N N
H = indeks diversitas
ni = cacah individu suatu genus
N = cacah individu seluruh genera
g) Menggunakan klasifikasi kualitas air menurut Probosunu (1999) atau derajat pencemaran menurut Lee at al (1978) (lihat lampiran).
3. Mengambil cuplikan makrobentos pada masing-masing stasiun dengan cara :
a. Mengambil
substrat lumpur dasar perairan dengan segala organisme yang ada
diatasnya dengan menggunakan petersen grab bervolume tertentu.
b. Memasukkan cuplikan lumpur yang mengandung bentos tersebut ke dalam kantong plastik.
c. Memberi secukupnya larutan 4% formalin untuk pengawet dan penutup atau mengikat erat kantong plastik tersebut.
d. Memberi label atau catatan singkat tentang lokasi dan waktu pengambilan cuplikan pada masing-masing kantong plastik.
e. Mengidentifikasi
bentos dengan menggunakan bantuan kaca pembesar atau mikroskop
binokuler. Menyatakan densitas bentos ke dalam satuan individu per
volume lumpur atau substrat dasar, menghitung indeks diversitas bentos
dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener.
f. Menggunakan klasifikasi derajat pencemaran menurut Lee at al (1978) untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan berdasarkan indikator biologi.
4. Melakukan pengukuran beberapa tolok ukur lingkungan pada masing-masing stasiun. Tolok ukur lingkungan tersebut meliputi :
a. Suhu
1. Mengukur suhu air dengan cara membenamkan bagian ujung termometer ke dalam air selama ± 5 menit.
2. membaca skala termometer sewaktu masih tercelup dalam air.
b. Kecapatan Arus
1. Menentukan suatu jarak (misalnya 5 m atau 10 m) pada sungai dengan arah dari hulu ke hilir.
2. Melepaskan
bola tenis meja yang diberi sedikit pemberat atau benda lain yang cukup
ringan dan dapat terapung dari awal hingga akhir jarak yang sudah
ditentukan sebelumnya.
3. Mencatat waktu tempuh benda yang dilkepaskan tersebut.
4. Mengukur kecepatan arus di bagian tepi maupun tengah aliran sungai.
Perhitungan :
S
V = — m/dt
t
V = kecepatan arus (m/dt)
S = jarak yang sudah ditentukan (m/dt)
t = waktu tempuh (dt)
c. Derajat keasaman (pH)
Mencelupkan ujung pH meter ke dalam air beberapa saat hingga menunjukkan nilai pH yang stabil.
d. Debit air
Debit air dipengaruhi oleh banyaknya air atau volume air yang masuk.
Rumus :
WDAL
R = ———
T
Keterangan :
R = Debit air
W = Lebar sungai
D = Kedalaman air sungai
A = Konstanta perairan
L = Panjang sungai
T = Waktu
e. Kandungan O2 terlarut (DO)
Metode Wingkler :
a) Mengambil cuplikan air yang akan di periksa dengan cara memasukkan botol oksigen ke dalam air, menutup rapat-rapat dan menjaga jangan sampai timbul gelembung udara.
b) Menambahkan 1 ml larutan MnSO4 dan i ml reagen (pereaksi) oksigen ke dalam botol oksigen.
c) Menutup botol oksigen, kemudian mengojok perlahan-lahan dengan cara botol di bolak balik hingga reaksi berjalan sempurna.
d) Mwndiamkan beberapa saat sehingga endapan yang timbul terlihat mengendap sempurna.
e) Membuka tutup botol dengan hati-hati dan menambahkan 1 ml larutan H2SO4 pekat.
f) Menutup kembali botol, mengojok dengan cara seperti diatas sehingga endapan larut sempurna dan mendiamkan selama beberapa menit.
g) Mengambil hasil larutan reaksi diatas sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam erlendmayer 250 ml.
h) Menitrasi dengan larutan 1/80 N Na2S2O3 dan menggoyang-goyangkan erlendmayer secara perlahan hingga larutan berrwarna kuning jerami.
i) Menambahkan
3 tetes indikator amilum, kemudian mengoyang-goyangkan hingga larutan
be5rubah menjadi berubah berwarna biru, kemudian menitrasinya hingga
warna biru tepat hilang.
j) Mencatat banyak larutan 1/80 N Na2S2O3 yang digunakan untuk menitrasi dari awal hingga akhir ( = a ml).
Perhitungan :
1/80 N Na2S2O3 = 0,1 mg O2/l
1000
Kandungan O2 terlarut = —— × a × (f)× 0,1mg/l
50
(f) = faktor koreksi = 1
f. Kandungan CO2 bebas
Metode alkalimetri
1. mengambil
cuplikan air yang akan diperiksa dengan cara memasukkan botol oksigen
ke dalam air, menutup rapat-rapat dan menjaga jangan sampai timbul
gelembung udara.
2. mengambil
cuplikan air sebanyak 50 ml dari dalam botol oksigen tersebut dan
memasukkannya ke dalam erlendmeyer secara perlahan-lahan.
3. tambahkan 3 tetes indikator PP dengan ketgentuan :
- jika warnanya berubah menjadi merah muda berarti tidak ada kandungan CO2 bebas.
- Jika
air cuplikan tetap tidak berwarna (bening) maka harus menetrasinya
dengan larutan 1/44 m NaOH sambil menggoyang-ngoyangkannya hingga
warnanya berubah menjadi merah muda.
4. Mencatat banyak larutan 1/44 m NaOH yang digunakan (= b ml).
Perhitungan :
1/44 m NaOH = 1 mg CO2
1000
kandungan CO2 = —— × a × (f)× 0,1mg/l
50
(f) = faktor koreksi = 1
g. Alkalinitas
Metode alkalimetri
a)Mengambil
cuplikan air yang akan diperiksa dengan car memasukkan botol oksigen ke
dalam air, menutup rapat-rapat dan menjaga jangan sampai timbul
gelembung udara.
b) Mengambil cuplikan air sebanyhak 50 ml dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer secara perlahan-lahan.
c)Menambahkan 3 tetes indikator PP.
Jika berwarna merah muda maka harus menetrasinya dengan larutan 1/50 N H2SO4 sehingga
warna merah muda tepat hilang. Mencatat banyaknya titran yang digunakan
sehingga diperoleh nilai alkalinitas (“P”) atau alkalinitas karbonet
(CO3-).
d) Menambahkan 3 tetes indikator MO sehingga cuplikn berwarna kuning.
e)Menitrasi dengan larutan 1/50 N H2SO4
sehingga warna kuning tepat berubah menjadi kemerahan. Mencatat
banyaknya titran yang digunakan ( = d ml) sehingga diperoleh nilai
alkalinitas “M” atau alkalinitas bekarbonat (HCO3-).
Perhitungan :
Alkalinitas = titran × 2 mg/l
(jika cuplikan sebanyak 5 ml dan menggunakan mikroburet 1000 skala)
atau
Alkalinitas = titran × 1 mg/l
(jika cuplikan sebanyak 10 ml dan digunakan mikroburet 100 skala).
sumber: http://akutresno.wordpress.com/2012/02/26/ekosistem-sungai/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar