Minggu, 07 Juli 2013

Ekosistem Sungai

I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sungai merupakan salah satu sumber air tawar yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Antara sungai, ekosistem lentik, ekosistem lotik, dan ekosistem lahan basah saling berhubungan. Di permukaan bumi ini habitat air tawar relatif sangat kecil dibandingkan dengan habitat lautan dan daratan, tetapi arti pentingnya dalam kehidupan manusia sangatlah besar. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a.       Merupakan sumber yang mudah didapat dan murah untuk keperluan rumah tangga dan industri.
b.      Komponen air tawar merupakan leher botol (bottle neck) dalam siklus hidrologi.
c.       Ekosistem air tawar bersama-sama dengan estuari merupakan sistem yang paling mudah dan termurah untuk pembuangan limbah tertier.
Sungai memiliki sifat yang unik diantaranya adalah sifat termal, yaitu dapat mengurangi perubahan suhu sehingga perubahan suhu dalam air terjadi sangat lambat daripada di udara. Sifat lain adalah oada kontinum sungai terjadi perubahan secara longitudinal dalam metabolisme komunitas, keragaman biotik dan ukuran partikel dari badan sungai ke muara sungai.
Sungai merupakan salah satu sumber air tawar yang penting dalam kehidupan. Manfaat sungai antara lain adalah sebagai tempat budidaya ikan, tempat rekreasi, untuk pengairan dan lain-lain. Sungai juga memiliki peranan penting bagi binatang dan tumbuhan yang terdapat di dalam perairan tersebut. Eksploitasi terhadap biota perairan yang terdapat di dalam sungai secara berlebihan dapat mengganggu kesimbangan ekosostem sungai. Kualitas dari sungai itu sendiri sangat ditentukan oleh faktor-faktor pembatasnya seperti suhu, pH, alkalinitas, CO2 , DO, kecepatan arus, densitas plankton, dan diversitas plankton.
Pembangunan yang semakin pesat ternyata juga memberikan dampak negatif terhadap kelestarian sungai. Seperti penebangan hutan secara liar menyebabkan air hujan yang turun tidak diserap dengan sempurna oleh tanah, sehingga seringkali mengikis permukaan tanah dan mengalir bersama aliran sungai yang akhirnya aliran sungai bermuara di danau dan dapat menimbulkan pengendapan lumpur dan pendangkalan danau. Jadi antara air sungai dan danau merupakan dua ekosistem air tawar yang sangat erat kaitannya. Limbah dari industri yang dibuang ke sungai, mengakibatkan sungai menjadi tercemar oleh bahan-bahan tercemar yang menyebabkan pertumbuhan gulma air yang sangat cepat yang dapat mengganggu biota perairan, karena biota air akan semakin sulit mendapatkan oksigen.
Praktikum Ekologi Perairan ini dilaksanakan di Sungai Kali Kuning, untuk mengamati parameter fisik, kimia, dan biologi yang dimiliki oleh Sungai Kali Kuning. Hasil dari pengamatan akan sangat bermanfaat untuk mengetahui kualitas perairan di Sungai Kali Kuning.
B.     Tujuan
1.      Mempelajari karakteristik  ekosistem sungai dan faktir-faktor pembatasnya.
2.      Menpalajari cara-cara pengambilan data tolok ukur (parameter) fisik, kimia, dan biologik suatu perairan.
3.      Menpelajari korelasi antara beberapa tolok ukur lingkungan dengan populasi biota pe5rairan, khususnya plankton dan atau makrobentos.
4.      Mempelajari kualitas perairan sungai berdasarkan indeks diversitas plankton.
  1. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum ekologi perairan acara I (ekosistem sungai) dilaksanakan pada :
1.      Praktikum lapangan
Hari : Senin
Tanggal : 14 Maret 2005
Waktu : pukul 13.30 – 17.00
Tempat : sungai Kali Kuning
2.      Praktikum laboratorium
Hari                 : Selasa
Tanggal           : 15 Maret 2005
Waktu                         : pukul 07.30 – 08.30 dan pukul 14.00-16.30
Tempat            : Laboratorium Ekologi Perairan Jurusan Perikanan Fakultas  Pertanian
II.    TINJAUAN PUSTAKA
Karakter utama sungai ditentukan oleh faktor pembatas yaitu kecaparan arus. Kecepatan arus tersebut dipengaruhi oleh lebar sungai, kedalaman sungai, dan kemiringan sungai. Kecepatan arus dikatakan sebagai faktor pembatas karena mempengaruhi kandungan yang ada di sungai. Seperti kuantitas lumpur yang mengendap, tanah liat, pasir, dan bahan organik yang terkandung dalam sungai. Kandungan tersebut mempengaruhin jumlah komunitas biotik yang ada di sungai (Rein and Wood 1976).
Adanya karakter yang menentukan kulitas sungai didukung pula dengan kandungan kimia dalam sungai tersebut. Kandungan kimia sungai ditentukan oleh faktor:
a.       Letak geografi sungai
b.      Musim
c.       Proses biologis yang terjadi dalam sungai
Kandungan sungai sangat bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain (Bowen 1979).
Menurut Sastrodinata (1980) daerah aliran sungai dapat dibedakan menjadi tiga yaitu hulu sungai, hilir sungai, dan muara sungai. Livingstone (1963) memiliki pendapat yang berbeda tentang pembagian wilayah sungai. Livingstone (1963) membagi sungai di dunia bberdasarkan komposisi kimia yang terkandung dalam sungai maka terdapat dua bagian, yaitu:
a.       Air sadah atau sungai karbonat dengan kandungan bahan anorganik dapat terlarut sebesar 100 ppm atau lebih.
b.      Air lunak atau sungai cloride dengan kandungan bahan padat kurang dari 25 ppm.
 Sifat kimia sungai-sungai yang mengandung karbon sangat tergantung pada pelapukan batuan induk, sebaliknya sungai-sungai yang mengadung cloride dipengaruhi oleh curah hujan.
Parameter untuk mengetahui kualitas air antara lain parameter fisik, kimia, dan biologi. Parameter fisik meliputi suhu udara, suhu air, kecepatan arus, dan debit air. Parameter kimia meliputi kandungan oksigen yang terlarut (DO), karbondioksida bebas, alkalinitas, dan pH. Parameter biologi meliputi kepadatan plankton, dan indeks diversitas plankton.
Plankton adalah suatu organisme yang berukuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus air. Plankton terdiri dari zooplankton dan phytoplankton. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan perenang aktif yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenangmya adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus. Meskipundemikian plankton merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas air.
Populasi zooplankton di perairan sungai disebabkan oleh sejumlah faktor-faktor lingkungan. Perubahan populasi plankton menurut Greenberg (1968) mengatakan perubahan populasi plankton tampak sebagai fungsi waktu dari tahun ke tahun dan pergerakan arus bawah perairan. Reinhard (1931) dan Eddy (1934) mendukung pendapat Greenberg dan mereka menambahkan bahwa produktivitas zooplankton di sungai berjalan dengan proposional terhadap umur dari perairan tersebut dan berbanding terbalik dengan kecepatannya.
Populasi fitoplankton dipengaruhi oleh cahaya dan temparatur. Perkembangan fitoplankton juga berpengaruh terhadap zooplankton. Vegetasi perairan juga merupakan faktor pendukung kehidupan zooplankton dan fitoplankton.
Densitas dan diversitas plankton yang merupakan parameter biologi dalam penentuan kualitas air saling mempengaruhi dengan parameter fisika dan kimia.
III.       METODOLOGI
A.    Alat Dan Bahan
1.      Alat
-          Kertas pH atau Parameter                     
-          Larutan MnSO4
-          Larutan reagen oksigen
-          Larutan H2SO4 pekat
-          Larutan 1/80 N Na2S2O3
-          Larutan KOH-KI
-          Larutan 1/50 N H2SO4
-          Larutan 1/50 N HCL
-          Larutan indikator amilum
-          Larutan indikator phenolphohtalein (pp)
-          Larutan indikator Methyl Orange (MO)
-          Larutan indikator Bromcresol Green/Methyl Red (BCG/MR)
-          Larutan formalin
2.      Bahan
-          Bola tenis meja
-          Stop-watch atau arloji
-          Roll-meter
-          Meteran kain atau penggaris
-          Termometer
-          Botol oksigen
-          Erlenmeyer
-          Gelas ukur
-          Pipet ukur atau buret
-          Pipet tetes
-          Mikroburet
-          Ember platik
-          Jaring plankton
-          Petersen grab atau suber
-          Kertas label
-          Pensil
B.     Cara Kerja
1.      Memagi sungai menjadi tiga stasiun pengamatan, yaitu : sebelum masuk kota, dalam kota, dan setelah kota.
2.      Mengambil cuplikan plankton pada masing-masing stasiun dengan cara sebagai berikut :
a)      Mengambil sampel (cuplikan) air dengan volume tertentu (misalnya 20 liter) dan memampatkan kedalam botol atau flakon yang sudah diketahui volumenya denganmenggunakan jaringan plankton nomor 25 (berukuran 200 mesh).
b)      Memfksasi cuplikan plankton yang sudah berada didalam botol atau flakton dengan cara diberi ± 1 ml larutan 4% formalin ( formaldehida).
c)      Menutup rapat-rapat botol flakon / tabunmg reaksi dengan tutup karet dan plastik serta diikat dengan karet gelang.
d)     Menberi label atau catatan singkt tentang lokasi dan waktu pengambilan cuplikan pada masing-masing botol atau flakon.
e)      Mengemas dengan sebaik-baiknya botol guna keamanan cuplikan selama dalam perjalanan.
f)       Mengamati dan menghitung plankton di bawah mikroskop dengan menggunakan Sedgwick Rafter Counting Cell (SR) bervolume sekitar 1 ml dengan menggunakan teknik perhitungan total (total strip counting).
Menyatakan densitas plankton dalam satuan individu perliter yang diperoleh dengan menggtunakan rumus :
                    Volume botol atau flaton
D = a × ——————————  : Volume sampel air individu/ l
                           Volume SR
D = densitas plankton
A = cacah individu plankton dalam SR
Menghitung indeks devirsitas plankton dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener :
              ni               ni
H = -∑     2log      
                                              N               N
H =  indeks diversitas
ni =  cacah individu suatu genus
N =  cacah individu seluruh genera
g)      Menggunakan klasifikasi kualitas air menurut Probosunu (1999) atau derajat pencemaran menurut Lee at al (1978) (lihat lampiran).
3.      Mengambil cuplikan makrobentos pada masing-masing stasiun dengan cara :
a.       Mengambil substrat lumpur dasar perairan dengan segala organisme yang ada diatasnya dengan menggunakan petersen grab bervolume tertentu.
b.      Memasukkan cuplikan lumpur yang mengandung bentos tersebut ke dalam kantong plastik.
c.       Memberi secukupnya larutan 4% formalin untuk pengawet dan penutup atau mengikat erat kantong plastik tersebut.
d.      Memberi label atau catatan singkat tentang lokasi dan waktu pengambilan cuplikan pada masing-masing kantong plastik.
e.       Mengidentifikasi bentos dengan menggunakan bantuan kaca pembesar atau mikroskop binokuler. Menyatakan densitas bentos ke dalam satuan individu per volume lumpur atau substrat dasar, menghitung indeks diversitas bentos dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener.
f.       Menggunakan klasifikasi derajat pencemaran menurut Lee at  al (1978) untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan berdasarkan indikator biologi.
4.      Melakukan pengukuran beberapa tolok ukur lingkungan pada masing-masing stasiun. Tolok ukur lingkungan tersebut meliputi :
a.       Suhu
1.      Mengukur  suhu air dengan cara membenamkan bagian ujung termometer ke dalam air selama ± 5 menit.
2.      membaca skala termometer sewaktu masih tercelup dalam air.
b.      Kecapatan Arus
1.      Menentukan suatu jarak (misalnya 5 m atau 10 m) pada sungai dengan arah dari hulu ke hilir.
2.      Melepaskan bola tenis meja yang diberi sedikit pemberat atau benda lain yang cukup ringan dan dapat terapung dari awal hingga akhir jarak yang sudah ditentukan sebelumnya.
3.      Mencatat waktu tempuh benda yang dilkepaskan tersebut.
4.      Mengukur kecepatan arus di bagian tepi maupun tengah aliran sungai.
Perhitungan :
         S
V =    m/dt
               t
V =  kecepatan arus (m/dt)
S =  jarak yang sudah ditentukan (m/dt)
t =  waktu tempuh (dt)
           
c.       Derajat keasaman (pH)
Mencelupkan ujung pH meter ke dalam air beberapa saat hingga menunjukkan nilai pH yang stabil.
d.      Debit air
Debit air dipengaruhi oleh banyaknya air atau volume air yang masuk.
Rumus :
                WDAL
         R = ———
                     T    
Keterangan :
         R = Debit air
W = Lebar sungai
D = Kedalaman air sungai
A = Konstanta perairan
 L = Panjang sungai
 T = Waktu
e.       Kandungan O2 terlarut (DO)
Metode Wingkler :
a)      Mengambil cuplikan air yang akan di periksa  dengan cara memasukkan botol oksigen ke dalam air, menutup rapat-rapat dan menjaga jangan sampai timbul gelembung udara.
b)      Menambahkan 1 ml larutan MnSO4 dan i ml reagen (pereaksi) oksigen ke dalam botol oksigen.
c)      Menutup botol oksigen, kemudian mengojok perlahan-lahan dengan cara botol di bolak balik hingga reaksi berjalan sempurna.
d)     Mwndiamkan beberapa saat sehingga endapan yang timbul terlihat mengendap sempurna.
e)      Membuka tutup botol dengan hati-hati dan menambahkan 1 ml larutan H2SO4 pekat.
f)       Menutup kembali botol, mengojok dengan cara seperti diatas sehingga endapan larut sempurna dan mendiamkan selama beberapa menit.
g)      Mengambil hasil larutan reaksi diatas sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam erlendmayer 250 ml.
h)       Menitrasi dengan larutan 1/80 N Na2S2O3 dan menggoyang-goyangkan erlendmayer secara perlahan hingga larutan berrwarna kuning jerami.
i)        Menambahkan 3 tetes indikator amilum, kemudian mengoyang-goyangkan hingga larutan be5rubah menjadi berubah berwarna biru, kemudian menitrasinya hingga warna biru tepat hilang.
j)        Mencatat banyak larutan 1/80 N Na2S2O3 yang digunakan untuk menitrasi dari awal hingga akhir ( = a ml).
Perhitungan :
1/80 N Na2S2O3            =  0,1 mg O2/l
                                           1000
Kandungan O2 terlarut = ——  × a × (f)× 0,1mg/l
                                             50
                                 (f)    = faktor koreksi = 1
f.       Kandungan CO2 bebas
Metode alkalimetri
1.      mengambil cuplikan air yang akan diperiksa dengan cara memasukkan botol oksigen ke dalam air, menutup rapat-rapat dan menjaga jangan sampai timbul gelembung udara.
2.      mengambil cuplikan air sebanyak 50 ml dari dalam botol oksigen tersebut dan memasukkannya ke dalam erlendmeyer secara perlahan-lahan.
3.      tambahkan 3 tetes indikator PP dengan ketgentuan :
-          jika warnanya berubah menjadi merah muda berarti tidak ada kandungan CO2 bebas.
-          Jika air cuplikan tetap tidak berwarna (bening) maka harus menetrasinya dengan larutan 1/44 m NaOH sambil menggoyang-ngoyangkannya hingga warnanya berubah menjadi merah muda.
4.      Mencatat banyak larutan 1/44 m NaOH yang digunakan (= b ml).
Perhitungan :
1/44 m NaOH       =   1 mg CO2
                                  1000
kandungan CO2   =   —— × a × (f)× 0,1mg/l
                                   50
                      (f)  =  faktor koreksi = 1
g.      Alkalinitas
Metode alkalimetri
a)Mengambil cuplikan air yang akan diperiksa dengan car memasukkan botol oksigen ke dalam air, menutup rapat-rapat dan menjaga jangan sampai timbul gelembung udara.
b)      Mengambil cuplikan air sebanyhak 50 ml dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer secara perlahan-lahan.
c)Menambahkan 3  tetes indikator PP.
Jika berwarna merah muda maka harus menetrasinya dengan larutan 1/50 N H2SO4 sehingga warna merah muda tepat hilang. Mencatat banyaknya titran yang digunakan sehingga diperoleh nilai alkalinitas (“P”) atau alkalinitas karbonet (CO3-).
d)     Menambahkan 3 tetes indikator MO sehingga cuplikn berwarna kuning.
e)Menitrasi dengan larutan 1/50 N H2SO4 sehingga warna kuning tepat berubah menjadi kemerahan. Mencatat banyaknya titran yang digunakan ( = d ml) sehingga diperoleh nilai alkalinitas “M” atau alkalinitas bekarbonat (HCO3-).
Perhitungan :
Alkalinitas = titran × 2 mg/l
(jika cuplikan sebanyak 5 ml dan menggunakan mikroburet 1000 skala)
atau
Alkalinitas = titran × 1 mg/l
(jika cuplikan sebanyak 10 ml dan digunakan mikroburet 100 skala).
 
 
sumber:  http://akutresno.wordpress.com/2012/02/26/ekosistem-sungai/

Definisi Sungai

Sungai adalah saluran air yang sempit dan panjang di permukaan bumi. Air sungai mengalir dan memotong permukaan bumi karena gaya gravitasi. Banyak sungai mengalir ke danau, laut, dan samudera. Berdasarkan sumber airnya, sungai dibedakan menjadi sungai hujan, salju, dan campuran. Berdasarkan aliran airnya, sungai dibedakan menjadi sungai permanen, periodik, dan episodik. Berdasarkan arah alirannya, sungai dibedakan menjadi sungai konsekuen, subsekuen, obsekuen, dan resekuen.
Danau adalah badan air yang luas dan dikelilingi seluruhnya oleh daratan. Air danau umumnya air tawar. Berdasarkan pembentukannya, danau dapat dibedakan menjadi danau tektonik, vulkanik, tektovulkanik, karst (dolina), glasial, lembah, dan buatan.
Rawa adalah daratan yang selalu basah atau tergenang air. Daerah rawa memiliki permukaan tanah lebih rendah dari permukaan air tanah dan sistem pembuangan yang kurang baik. Rawa banyak terdapat di sepanjang pantai kalimantan selatan, pantai timur sumatera, serta pantai selatan dan barat papua.
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah di lapisan batuan kulit bumi. Air tanah berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah hingga mencapai lapisan batuan kedap air. Air tanah dibedakan menjadi dua, yaitu air tanah bebas (dangkal) dan tertekan (dalam).
Laut adalah perairan luas di muka bumi yang menghubungkan dua pulau atau benua. Laut lebih sempit dari samudra. Berdasarkan letaknya, laut dibedakan menjadi laut tepi, tengah, pedalaman, selat, dan teluk. Berdasarkan kedalamannya, laut dibedakan menjadi zona litoral, neritik, batial, dan abisal. Bentuk relief di dasar laut, yaitu landas benua, lereng benua, palung, gunung laut, lubuk laut, atol, dan laguna.

sumber :  http://matakristal.com/definisi-sungai-danau-rawa-air-tanah-dan-laut/

Sungai Amazon

Sungai Amazon (bahasa Spanyol: Río Amazonas, bahasa Portugis: Rio Amazonas) adalah sungai di Amerika Selatan yang merupakan sungai terpanjang kedua di dunia – Sungai Nil di Afrika merupakan yang terpanjang. Sungai Amazon memiliki total aliran terbesar dari sungai manapun, membawa lebih dari Sungai Mississippi, Nil, dan Yangtze digabungkan. Amazon juga memiliki sistem peraliran terbesar dari seluruh sistem sungai. Meskipun Nil sungai terpanjang, namun Amazon bisa dianggap "terkuat" (dilihat dari jumlah air yang mengalir per detik).
Jumlah air tawar yang dilepas ke Samudra Atlantik sangat besar: 184.000 m³ per detik (6,5 juta kaki³) di musim hujan. Aliran Amazon merupakan seperlima dari jumlah seluruh air tawar yang masuk ke laut di seluruh dunia. Air di laut dekat sungai ini memiliki kadar garam yang rendah sampai beratus mil jauhnya.
Sungai utamanya (biasanya memiliki lebar satu sampai enam mil) dapat dilalui untuk kapal uap samudra besar sampai Manaus, hampir 800 mil ke hulu sungai dari mulutnya. Kapal laut yang lebih kecil dengan berat 3.000 ton[1] dan 5,5 m (18 kaki) draft[2] dapat mencapai sejauh Iquitos, 3.700 km (2.300 mil) dari laut. Kapal sungai kecil dapat mencapai 780 km (486 mil) lebih jauh sampai Achual Point. Lewat dari sana, hanya perahu kecil yang dapat naik sampai Pongo de Manseriche, di atas Achual Point.
Sungai ini mengambil air dari koordinat 5° LU sampai 20° LS. Sumber paling jauh ditemukan di dataran tinggi inter-Andes, jarak yang cukup dekat dengan Samudra Pasifik; dan setelah menempuh jarak 7.200 km (4.800 mil) melalui pedalaman Peru dan melewati Brasil, ia masuk Samudra Atlantik di katulistiwa.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Amazon

Sungai Bengawan Solo

Sungai ini panjangnya sekitar 548,53 km dan mengaliri dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kabupaten yang dilalui meliputi tiga bagian yaitu:

Wilayah Administratif Hulu

  1. Wonogiri, Hulu utama pertama (Daerah Tangkapan Air Gajah Mungkur)
  2. Karanganyar
  3. Ponorogo, Hulu utama kedua (Daerah Tangkapan Air Kali Madiun)
  4. Boyolali,
  5. Sragen,
  6. Klaten

Wilayah Administratif Tengah

  1. Sukoharjo,
  2. Solo,
  3. Ngawi,
  4. Madiun,
  5. Magetan,
  6. Blora,
  7. Cepu

Wilayah Administratif Hilir

  1. Bojonegoro,
  2. Tuban,
  3. Lamongan, dan
  4. Gresik [3]. [4].

Bagian Sungai

Bengawan Solo Purba

Aliran Bengawan Solo masa kini terbentuk kira-kira empat juta tahun yang lalu. Sebelumnya terdapat aliran sungai yang mengalir ke selatan, diduga dari hulu yang sama dengan sungai yang sekarang. Karena proses pengangkatan geologis akibat desakan lempeng Indo-Australia yang mendesak daratan Jawa, aliran sungai itu beralih ke utara.[5] Pantai Sadeng di bagian tenggara Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai "muara" Bengawan Solo Purba.[6]

Daerah Hulu

Daerah ini mayoritas meliputi daerah Hulu Kali Tenggar, Hulu Kali Muning, Hulu Waduk Gajah Mungkur serta sebagian Kabupaten Wonogiri dengan penampang sungai yang berbentuk V. Vegetasi pada daerah ini didominasi oleh tumbuhan akasia. Aktivitas yang banyak dilakukan di dareah ini adalah pertanian, seperti padi dan kacang tanah. Dinding sungai pada daerah ini rata-rata bertebing curam dan tinggi. Karena banyak digunakan untuk pertanian, daerah sekitar sungai pada bagian ini banyak mengalami erosi dan sedimentasi yang cukup tinggi.

Daerah Tengah

Bengawan Solo di kawasan Jurug, Surakarta.
Daerah ini mayoritas meliputi daerah Hilir Waduk Gajah Mungkur, sebagian Kabupaten Wonogiri, Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Solo, Sragen, sebagian Kabupaten Ngawi dan sebagian Tempuran (hilir) Kali Madiun. Selain itu daerah ini merupakan daerah yang padat penduduk. Pada umumnya kegiatan ekonomi di daerah bagian sungai ini lebih tinggi daripada bagian hulu dan hilir, dan didominasi oleh kegiatan industri. Akibatnya, banyak limbah yang masuk ke sungai dan mencemari vegetasi di daerah ini. Aktivitas masyarakat yang paling menonjol di daerah ini adalah pertanian, pemanfaatan air sebagai kebutuhan sehari-hari, peternakan dan industri.

Daerah Hilir

Daerah ini mayoritas meliputi daerah sebagian Tempuran (hilir) Kali Madiun, sebagian kabupaten Ngawi, Blora, Bojonegoro, Lamongan, Tuban dan berakhir di Desa Ujungpangkah, Gresik[7].

Lain-lain

Sungai ini dikagumi masyarakat di seluruh dunia khususnya Jepang karena terinspirasi dari lagu keroncong karangan Gesang berjudul sama, Bengawan Solo.
Selain itu tempat ini pernah menjadi tempat utama kecelakaan pesawat Garuda Indonesia Penerbangan 421.

sumber :  http://id.wikipedia.org/wiki/Bengawan_Solo

Pola Sungai

Dengan berjalannya waktu, suatu sistem jaringan sungai akan membentuk pola pengaliran tertentu di antara saluran utama dengan cabang-cabangnya dan pembentukan pola pengaliran ini sangat ditentukan oleh faktor geologinya. Pola pengaliran sungai dapat diklasifikasikan atas dasar bentuk dan teksturnya. Bentuk atau pola berkembang dalam merespon terhadap topografi dan struktur geologi bawah permukaannya. Saluran-saluran sungai berkembang ketika air permukaan (surface runoff) meningkat dan batuan dasarnya kurang resisten terhadap erosi.

Sistem fluviatil dapat menggambarkan perbedaan pola geometri dari jaringan pengaliran sungai. Jenis pola pengaliran sungai antara alur sungai utama dengan cabang-cabangnya di satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat bervariasi. Adanya perbedaan pola pengaliran sungai di satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat ditentukan oleh perbedaan kemiringan topografi, struktur dan litologi batuan dasarnya. Pola pengaliran yang umum dikenal adalah sebagai berikut : 
1.  Pola Aliran Dendritik
 
Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang). Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Mengapa demikian ? Hal ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan lebih mudah dierosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan sebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.

2.  Pola Aliran Radial 

Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam kubah (domes) dan laccolith. Pada bentang alam ini pola aliran sungainya kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola radial dan annular. 

3.  Pola Aliran Rectangular 

Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya lurus-lurus mengikuti sistem kekar. Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan. Sungai-sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapan batuannya lunak. Cabang-cabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.

4.  Pola Aliran Trellis 

Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai bentuk pagar yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus di sepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai bentuk pagar. Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin. Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya. Saluran utama berarah searah dengan sumbu lipatan.


5.  Pola Aliran Sentripetal  
 
Pola aliran sentripetal merupakan ola aliran yang berlawanan dengan pola radial, di mana aliran sungainya mengalir ke satu tempat yang berupa cekungan (depresi). Pola aliran sentripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di bagian barat dan barat laut Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada mengalir ke suatu cekungan, di mana pada musim basah cekungan menjadi danau dan mengering ketika musin kering. Dataran garam terbentuk ketika air danau mengering.

6.  Pola Aliran Annular 
 
Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran kembali bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi loccolith.

7.  Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar)  
 
Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh lereng yang curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-aliran sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola aliran paralel kadangkala mengindikasikan adanya suatu patahan besar yang memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk dari transisi dapat terjadi antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.
 
sumber :  http://geografi-geografi.blogspot.com/2012/03/pola-pengaliran-sungai.html

Delta Sungai

Di muara sungai, air sungai yang sering keruh dan berwarna coklat bertemu dengan air laut yang umumnya jernih. Di tempat ini terdapat gundukan tanah yang dinamakan delta. Mengapa di muara sungai dapat terbentuk suatu delta? Delta ini terbentuk karena air sungai yang keruh coklat, membawa berbagai jenis kotoran dan tanah bertemu dengan ion-ion yang terdapat di air laut, mengalami koagulasi.

Air sungai yang setiap hari tampak keruh coklat itu merupakan suatu koloid. Karena keruh, dapat diduga bahwa zat-zat yang menyatu dengan air sungai itu mayoritas berfasa padat. Koloid yang fasa terdispersinya padat dan medium pendispersinya cair, yaitu air, dinamakan sol. Dikatakan bahwa air sungai adalah koloid padat dalam cair (padat/cair atau s/l). Suatu koloid merupakan campuran antara homogen dan heterogen. Hal ini menjelaskan bahwa bagian terkecil koloid berupa sekelompok partikel yang tersebar dalam medium pendispersinya. Masing-masing kelompok ini dapat stabil dalam waktu yang cukup lama berada diantara mediumpendispersi, karena dilindungi oleh ion-ion tertentu yang diadsorpsi oleh kelompok partikel tersebut. Oleh karena itu koloid memiliki muatan tertentu.
Air laut rasanya asin, berarti mengandung garam. Garam yang diperoleh dari air laut dan sehari-hari dikenal sebagai garam dapur, rumus kimianya NaCl. Walaupun kandungan garam dalam air laut tidak hanya NaCl, namun kandungan terbanyak adalah NaCl. Jenis ikatan yang terdapat dalam senyawa ini adalah ikatan elektrovalen atau lebih terkenal sebagai ikatan ion, karena ikatan ini menunjukkan adanya gaya elektrostatik antara ion-ion Na+ dengan ion-ion Cl-. Oleh karena itu pada uji daya hantar listrik air laut, lampu menyala dan terjadi banyak gelembung gas. Dapat disimpulkan bahwa air laut menghantar listrik, sehingga dinamakan larutan elektrolit.

Pada saat air sungai bertemu dengan air laut, maka terjadilah perlucutan muatan koloid sungai oleh ion-ion dari air laut. Ion-ion yang berlawanan muatan ini tarik menarik, sehingga terjadi penetralan muatan. Karena pelindung atau selimut muatan koloid itu terlucuti, maka masing-masing kelompok partikel koloid itu menyatu dan menggumpal. Makin lama gumpalan itu membesar dan akhirnya akan mengendap menjadi gundukan tanah. Peristiwa ini merupakan koagulasi koloid oleh elektrolit.
 
sumber :  http://chemistryineverydaylife.blogspot.com/2009/04/terbentuknya-delta-di-muara-sungai.html
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...